Famay-ya'mal mitsqaala dzarratin khairay yarah
Wa may-ya'mal mitsqaala dzar-ratin syarray yarah
'Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula. (QS. Al Zalzalah 7-8)
Subhanallah, maha suci Allah akan semua sifat-sifat dan nama-nama-Nya yang agung. Betapa Allah swt maha adil akan hisabnya, tiada penganiayaan dan tiada pengurangan bagi amal seseorang, tiada pilih kasih dan tidak ada perantara.Sepulang dari workshop hari pertama, banyak bekal pencerahan untuk menghadapi semester II tahun ajaran 2006-2007. Tema sentral pelatihan kali ini adalah tentang Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran Kebajikan. Terkait dengan ayat 7 - 8 dari surat Al Zalzalah ternyata guru juga perlu bersikap arif terhadap siswa/i dengan menekankan model kebajikan dari dirinya dan bagi peserta didik. Betapa dari benih yang baik insya Allah kemudian dituang diladang yang baik juga akan menghasilkan jundullah yang berkualitas. Intinya, guru harus bersikap netral dan tidak pilih kasih dalam memenuhi tugas dan kewajibannya dalam mengajar. Harus sering memaknai nama Allah swt sebagai Dzat yang Maha Adil. Hal yang paling sering terjadi adalah murid yang kurang bisa memenuhi aspek kognitif pada suatu bidang studi tertentu biasanya menjadi tidak favorit buat sang guru dan kemudian diabaikan, akibatnya dalam diri murid tersebut terbentuk suatu nilai bahwa ia memang pecundang dan akan selamanya begitu, padahal jika guru bisa bersikap arif dan berbuat kebajikan sudah pasti ada sisi positif dari murid itu yang bisa diangkat untuk melengkapi kelemahannya.Menarik sekali kisah yang disampaikan trainer tentang pengalamannya dengan seorang siswa yang sering dicap 'bandel' oleh guru-guru. Sebut saja namanya Dimas. Ketika suatu kali Dimas sengaja tidak merapihkan pakaiannya, seorang guru datang padanya dan mengingatkannya untuk segera merapihkan. Dimas menjawab dengan santai bahwa ia adalah anak bandel yang pasti tidak akan memenuhi kriteria siswa baik dari guru jadi tidak perlu mengerjakan berpakaian rapi.Si guru tidak serta merta kebakaran jenggot dengan tanggapan dimas, ia malah menyampaikan beberapa hal yang membuat Dimas merubah pola pikirnya pada akhirnya.Kira-kira kalau dapat dilukiskan, maka dialog yang terjadi berikutnya antara si guru dengan Dimas adalah sebgaai berikut:Guru itu bertanya, 'Mas, kamu datang telat hari ini?'Dimas, 'Tidak, pak'Guru, 'Itu satu poin kebaikan dari kamu, tepat waktu. Coba lihat, apakah seragammu sesuai dengan peraturan sekolah kita hari ini?Dimas memperhatikan seragam yang ia kenakan, 'Iya, pak. Putih-hijau, sesuai pak!'Guru, 'Bagus, itu sudah dua poin kebaikan dari kamu. Apa tadi kamu tilawah qur'an pagi tadi sebelum memulai pelajaran?'Dimas, 'Iyalah, pasti dong'Guru, 'Ok, that makes three. Coba baru begitu saja sudah ada tiga kebaikan dari kamu, satu yang kurang, kamu belum merapihkan bajumu. Coba dirapikan dulu, nak.'Dimas, 'eh, iya, pak. Jadi saya sebenarnya bisa banyak berbuat baik ya, pak.'Guru, 'Tentu saja, coba kumpulkan lebih banyak lagi'Jelas pada akhir dialog bahwa penilaian negatif Dimas akan dirinya sendiri menjadi hilang karena kebajikan sang guru dalam memunculkan hal-hal positif dari muridnya itu, dan yang diharapkan dengan adanya perubahan baik dari si anak tentu saja tercipta. Lalu apalagi? Sa'atnya kita menuang kebajikan untuk membentuk karakter anak-anak didik, di rumah ataupun di lembaga pengajaran.dari Steven Covey untuk selalu diingat:Taburlah GAGASAN, petiklah PERBUATANTaburlah PERBUATAN, petiklah KEBIASAANTaburlah KEBIASAAN, petiklah KARAKTERTaburlah KARAKTER, maka petiklah HASILTari, sudahkah kamu menabur kebajikanmu hari ini? Wassalam