Tuesday, June 26, 2007

Kemping bareng murid, kak...























































Cie... ini aku pake bahasa formal ajah ya kak... soale sekalian posting di blog sebelah.
Oke deh, ini ceritanya...

---
Alix Science Camp III 2007

Alhamdulillah, tanggal 22 - 23 Juni yang lalu kegiatan Science Camp yang menjadi ajang rutin bidang studi IPA sukses dilaksanakan. Panitia intinya dari guru- guru IPA namun ada dua guru bidang studi lain ikut ambil bagian, satu diantaranya aku yang bertugas jadi juru kamera.

Peserta Science Camp berasal dari dua angkatan berbeda, namun subhanallah, diantara mereka terjalin harmonisasi dan kerjasama yang baik. Terlebih, kedekatan dengan para guru yang menjadi panitia juga sangat baik. Maklum saja, sekolah swasta biasanya identik dengan siswa/i yang cuek terhadap gurunya.

Setelah asyik bermain games sains dan mengamati keindahan langit Cipanas diwaktu malam, pada hari ke-dua kami mendaki gunung Gede ke arah Jamban Serat Salira (Pemandian Serat Salira) yang jarak tempuh kurang lebih 5 km dari villa tempat kami menginap.

Pemandian ini milik penduduk lokal dan belum terekspos publik. Letaknya cukup terpencil dan rutenya lumayan sulit dilalui bagi mereka yang belum terbiasa.
Disamping ada air terjun yang keluar dari celah bebatuan, ada juga tujuh pancuran dibawahnya. Air yang dihasilkan seperti mengandung soda, jadi seperti minum Sprite gitu.
Allahu Akbar, Dia-lah ahli kimia terunggul!
Kami mendapat oleh-oleh selada air dari kuncen Jamban Serat Salira, rasa seladanya segar dan manis.

Wah, walau pulang dengan capek tapi pengalaman science campnya bener-bener Mak Nyuss...!

Ditengok juga blog-ku yang dimultiply ya, kak...

Monday, June 25, 2007

Apa yang bisa mengerti cinta?

Artikel dibawah ini aku ambil dari sebuah blog milik sohib dijaringan Multiply (http://romeogadungan.multiply.com), diedit sedikit demi penyesuaian.
Moga manfa'at.

---

Apa sih yang diliat wanita dari seorang pria?

Wajah? Harta? Sikap? Berwibawa? Wibawa mobil, wibawa hape keluaran terbaru?

Atau paket lengkap semuanya?

Ironi memang.

Ada sebuah cerita yang bagus banget menurut gue, mungkin udah ada yang pernah dengar.

Suatu ketika ada sebuah pulau yang ditinggali berbagai macam perasaan. Senang, sedih, bijak, tamak dan juga cinta. Suatu ketika pulau itu akan segera tenggelam kedalam lautan. Semua jenis perasaan pun mulai pergi meninggalkan pulau tadi. Namun si cinta ngga tau mau pergi kemana dan sama siapa, Dia ngga bisa apa2, dia mulai panik dan minta tolong kepada semuanya. Namun tidak ada yang bisa mengerti.
Cinta : “tolong saya, tolong…”
Takut : “Saya tidah bisa menolong, saya…saya takut mati” Ia pun pergi dari situ.
Rakus : ”Saya ngga mau menolong kamu, apa untungnya bagi saya.” Ia pun kemudian berlalu.
Kebijaksanaan : “Saya mau menolong kamu tapi saya tidak bisa. Maaf”
Ilmu pengetahuan : “Saya juga tidak bisa, tapi akan saya beri tahu kamu satu hal, kamu pergi ke ujung pulau ini, disana ada satu yang yang bisa mengerti kamu.”


Cinta mulai frustasi. Cinta pun pergi ke ujung pulau untuk menemui siapa yang bisa mengerti dan menyelamatkannya. Sesampainya di ujung pulau, cinta menemukan suatu perasaan yang sangat buruk rupa, Dia agak terkejut. Benarkah dia ini yang dapat menyelamatkannya. Akhirnya mereka berdua pergi meninggalkan pulau itu berdua. Dan tinggal di sebuah pulau yang lain.
Awalnya Cinta tidak menyukai dia. Dia jelek, ngga tajir, ngga pintar dan tidak populer. Ia hanya ‘hal’ biasa. Namun si perasaan ini sangat mengerti si Cinta, Akhirnya Cinta luluh dan mereka berdua hidup happily ever after.


Mau tau perasaan apa yang paling mengerti cinta tadi?

Dia adalah waktu.

Ya, hanya waktu yang paling mengerti cinta. Waktu yang bisa menumbuhkan Cinta. Waktu pula yang bisa juga membunuh Cinta. Semakin lama waktu berjalan maka cinta juga akan semakin teruji. Ketika waktu nya belum tepat Cinta ngga akan datang. Kita tidak bisa memilih kapan kita bisa jatuh cinta, dengan siapa kita jatuh cinta. Cinta hanya duduk menunggu diujung sana sambil menatap kita dan berkata ‘tidak sekarang’ lalu pergi ke orang lain yang sudah tiba waktunya.
Ya, hanya Waktu yang bisa mengerti Cinta.


------------------------------------------------------------------------------------------------

Mudah-mudahan Cinta bisa sampai pada esensi yang hakiki, mencintai dan membenci karena Allah saja.

Akankah kau bersedia menjadi waktuku?
Aku bersedia menjadi cintamu
Akankah kau bersedia menjadi cintaku?
Aku bersedia menjadi waktumu

Insya Allah...

Sunday, June 03, 2007

Curhat: Aku kan calon ibu...

Assalammualaikum Wr Wb,
...
'Maka , bila Anda mempunyai anak, teman atau Anda sendiri yang senang bereksperimen dengan kamera (baik Handphone kamera maupun Handycam Camera) mari bersama mengucapkan janji dibawah ini :

“DEMI MASA DEPAN KITA DAN INDONESIA YANG LEBIH BAIK, KAMI BERJANJI, TIDAK AKAN BUGIL DI DEPAN KAMERA!”

(Janji ini telah dimulai sebagai sebuah gerakan pada bulan Januari 2007, disebuah acara diskusi bersama mahasiswa FISIKOM UPN Jogjakarta. Embrio gerakan ini berusaha menyebarkan pesan untuk tidak terjebak dalam arus pornografi)

Ajak teman, saudara, anak, ayah, ibu dan siapa saja untuk mengucapkan janji di atas. Stop penyebaran dan pembuatan cuplikan film porno Indonesia. Selamatkan Generasi kita. Selamatkan Anak Muda Indonesia !'
...
Ukhti, kalimat diatas saya quote dari sebuah blog milik mas Sony Set (seorang penulis) setelah beberapa waktu lalu tidak sengaja mampir lantas membacanya. Awalnya saya cuek, maklum problema pornografi sepertinya sudah terlalu biasa jadi bahan bahasan tetapi tetap saja belum selesai-selesai perkaranya.
Tadinya saya berfikir naif bahwa pornografi itu sejenis penyakit orang dewasa yang secara kebetulan remaja dan anak-anak ikut kena imbas, itu saja. Tetapi, ternyata bisa lebih dari itu, pornografi bisa membentuk karakter. Setidaknya itu yang aku pahami dari penjelasan pakar media massa ibu Nina M Armando kemarin di seminar 'Aku, ortu, sekolah & Sekitarku' Sebuah Talkshow mengupas ke 'aku' an anak dan remaja menuju sinkronisasi pendidikan di rumah dan di sekolah di D'Best function hall sabtu 2 juni.
Ibu Nina menyampaikan bahwa sekarang ini sejalan dengan kemajuan teknologi terutama teknologi komunikasi, telanjang didepan kamera (HP) sudah bukan hal yang aneh bagi remaja.
Gubrakzz!! (Aku yang mendengarkan beliau dari pinggir panggung karena kebagian tugas tambahan sebagai MC keringetan, jujur!. Bukan karena AC-nya kurang dingin, tapi lebih karena terkejut)
Menurut beliau, pelakunya sebagian besar remaja putri yang tadinya memamerkan aurat hanya sekedar iseng dan dikirim ke teman dekat tetapi kemudian menyebar luas.
Lho? Isengkah? Memamerkan aurat itu iseng?
Duh, gusti.
Ketika hal itu sudah jadi karakter, masya Allah...
Jadi paham banget kenapa beberapa waktu silam rekan guru di Al Ikhlas curhat sambil menyeringai sedih,
'Bu, tahu ga... kemarin waktu debat dikelas komputer aku tanya anak-anak apa salah satu keuntungan kemajuan IT (Informasi dan Tekhnologi), eh anakmu itu si Catherine teriak begini 'untuk nyari alat orgasme, bu'
Nah kalo gini aku ga yakin ribuan contoh dan nasihat apalagi larangan yang mereka terima di kelas Pendidikan Agama Islam bisa nempel dikepala mereka.
Duh, ukhti... kita-kitakan nanti calon ibu atau sudah jadi ibu... bagaimana ini?
Kiranya petikkan tulisan diawal bisa jadi penyemangat untuk mematikan pornografi mulai dari lini terawal, yaitu diri sendiri dan keluarga.

Sunday, May 27, 2007

Riyadhoh...
































Alhamdulillah, seru... kemarin guru-guru Alix riyadhoh ke Bogor, tepatnya di HULU CAI (baca: huhu ca-i). Dari Flying Fox, nyebrang jembatan bertali satu, lomba rakit... semuanya ngerasaiin...
pikir punya pikir ternyata hal2 yang selama ini dirasa menakutakan tapi kalo dah dijalanin... pasti ada kemudahan. Sama seperti takutnya terjun di flying fox, tapi pas sudah terjun.. koq ya pengin nambah... jadi 2 kali naik deh.
Memang, musuh utama manusia sepertinya ketakutan itu sendiri. Sepakat?

(Ngomong2 aku baru nyadar kalo wajahku itu bulet banget deh... jadi malu)

Eh, klik ajah foto2nya biar jelas..

Monday, May 14, 2007

A Visit to Mekar Sari







































It was a week ago that I was administered to accompany my students to join the photography competition held by Mekar Sari, in Cileungsi. At first, I wasn't ready for it since I am still in my recovery period due to the salmonella thypii. But, everything went fine when I went there with Agung, Anindya, Bianda, Dania, and Dara yesterday on Monday, 13th for the photo session taking. Actually, I may say that it was a really nice experience for either me and my students since all of us had never been to Mekar Sari before and the competition is totally new for the students.
I tell you, they went crazy for the trophy since it is from the Indonesian Minister of Enviroment.
We chat and joked all the way. At the end, having trouble with our hungry stomach, most of the topic went for rendang, sauto, fried chicken, and pizza.
---
Agung and Anindya were very well prepared with the cameras while the rest were quite troubled with the batteries though they had more that one each. I, myself, was busy capturing their business for personal documentary.

Here are some of our activities during the photo session taking, I hope you will like it. It will be very kind of you if you leave your kind comments or critics.


Sunday, March 04, 2007

Untuk laki-laki!!


UNTUK LELAKI: PERSIAPAN SEBELUM MENIKAH

Oleh: Akmal
http://akmal.multiply.com/journal/item/169

Assalaamu’alaikum wr. wb.

Kebanyakan orang yang menyatakan dirinya ‘belum siap menikah’ menjadikan penghasilan sebagai alasan dari ketidaksiapannya. Karena merasa belum mapan dan belum bisa menanggung kehidupan keluarga, maka ia merasa belum mampu untuk menikah. Menariknya, kebanyakan orang yang menyatakan dirinya ‘siap nikah’ pun ternyata menjadikan penghasilan sebagai alasan dari keyakinannya. Ia sudah memiliki pekerjaan tetap dengan gaji yang bagus, dan karenanya ia merasa yakin telah mampu berkeluarga.

Siap atau tidak siap itu sangat relatif. Yang menarik adalah bagaimana sebagian umat Islam menjadikan faktor finansial sebagai acuan bagi kesiapan menikah. Tentu ada benarnya pendapat yang mengatakan bahwa faktor ini bisa mempengaruhi kesiapan menikah, terutama bagi laki-laki. Tapi tidak tepat juga kalau dikatakan bahwa hanya faktor inilah yang menentukan kesiapan tersebut.

“Kamu sudah siap menikah?”

“Insya Allah siap. Alhamdulillaah sekarang saya sudah punya pekerjaan tetap dan saya rasa gajinya mencukupi untuk keperluan sehari-hari keluarga.”

“Apa yang akan kamu lakukan dengan anak dan istrimu nanti?”

Biasanya dialog akan terhenti di sini karena yang ditanya merasa pertanyaannya kurang jelas. Sebenarnya pertanyaan ini cukup sederhana saja. Pertanyaannya : apa yang akan kita perbuat dengan anak-istri kita? Pertanyaan ini perlu diajukan untuk menyelidiki visi seseorang tentang sebuah pernikahan.

Gerangan apakah pernikahan itu? Apakah sekedar memilih pasangan hidup yang tampan dan cantik? Apakah sekedar pelarian untuk memuaskan kebutuhan biologis? Apakah sekedar untuk mencari teman curhat permanen? Atau sekedar coba-coba? Semua itu bisa dijawab kalau kita memiliki sebuah visi yang jelas perihal pernikahan. Sebagai seorang pemimpin dalam keluarga, maka laki-laki dituntut untuk memiliki visi yang jelas.

Dalam Islam, keluarga bisa membawa manusia kepada dua ekstrem. Jika kita membina keluarga dengan baik dan semua anggota keluarga tersebut menjadi saleh, maka sudah pasti surga akan menjadi tempat berkumpul keluarga kita kelak. Sebaliknya, kalau kita rajin melaksanakan amal-amal saleh pribadi namun mengabaikan keadaan anak-istri kita, maka bisa jadi kita akan ikut diseretnya ke neraka. Kita berdoa semoga seluruh anggota keluarga kita bisa saling tarik menuju surga.

Sekarang, masalahnya jauh lebih kompleks daripada sekedar penghasilan. Seorang laki-laki harus sadar bahwa melangkah kepada pernikahan berarti membebani dirinya sendiri dengan sebuah tanggung jawab yang besar, yaitu tanggung jawab pendidikan. Ia wajib memikirkan dengan serius tentang kemampuannya mendidik anak-istrinya kelak. Otomatis, ia pun harus memikirkan keadaan dirinya terlebih dahulu. Bagaimana mungkin orang yang tidak terdidik bisa mendidik orang lain?

Jadi, masalah pertama yang harus dipikirkan adalah keadaan diri sendiri. Sudahkah kita menjadi laki-laki yang saleh? Sudahkah kita terbiasa melakukan shalat berjamaah? Sudahkah kita membaca Al-Qur’an secara teratur setiap harinya dengan bacaan yang baik? Sudahkah kita membiasakan tersenyum dan bertutur kata sopan dengan orang lain? Sudahkah kita melaksanakan shalat malam secara rutin? Sudahkah kita memahami ajaran-ajaran Islam? Sudahkah kita mengenal Allah dengan baik?

Kedengaran berlebihan? Tentu saja tidak. Ketika kita membesarkan anak, maka kita harus paham bahwa pengajaran agama sepenuhnya adalah tanggung jawab kita, bukan sekolah. Sudah banyak bukti bahwa pelajaran agama Islam di sekolah sangat jauh dari cukup. Jangan merasa siap menjadi orang tua jika belum siap menjadi pendidik!

Bagaimana dengan istri? Justru masalah inilah yang harus dipikirkan terlebih dahulu, karena istri (tentu saja) hadir lebih dulu daripada anak. Bagaimana cara mendidik istri? Sudahkah kita memahami keadaan psikologis perempuan (yang jelas berbeda dengan laki-laki)? Sudahkah kita memahami kecenderungan-kecenderungan mereka? Sudahkah kita membuat rencana bagaimana harus mendidik istri? Sudahkah kita merencanakan untuk membiasakan shalat malam berjamaah? Sudahkah kita berpikir bagaimana mencegahnya agar tidak ikut-ikutan bergabung dalam forum gosip tetangga? Sederet pertanyaan lainnya akan segera bermunculan jika kita membuka pikiran kita, insya Allah.

Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud untuk menakut-nakuti saudara-saudara yang telah siap menikah. Justru saya berharap mereka yang akan segera menikah segera mengevaluasi lagi kesiapannya dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan sebelum hari ‘H’ itu tiba. Laki-laki yang siap menikah juga harus siap menjadi kepala keluarga, pembuat keputusan, pendidik, pemimpin, pemberi rasa aman, suri tauladan, suami dan ayah yang baik. Adapun bagi mereka yang belum siap, hanya ada satu kata : Siapkanlah!




Tuesday, January 30, 2007

I want to be beautiful now and to the future!


But, how?
Just remember this:

Make-Up Muslimah

Agar tari tampak lebih cantik dan menarik, lakukanlah resep berikut:

  • Jadikanlah ghadhul bashar (menundukkan pandangan) sebagai hiasan kedua matamu, niscaya akan semakin bening dan jernih
  • Oleskan lipstick kejujuran pada bibirmu, niscaya semakin manis
  • Gunakan pemerah pipimu dengan kosmetika yang terbuat dari rasa malu
  • Pakailah sabun istighfar untuk menghilangkan semua dosa dan kesalahan yang kau lakukan
  • Rawatlah rambutmu dengan jilbab islami yang akan menghilangkan ketombe pandangan laki-laki asing yang membahayakan
  • Pakailah giwang kesopanan pada kedua belah telingamu
  • Hiaslah kedua tanganmu dengan gelang tawadhu dan jari-jarimu dengan cincin persahabatan. Sebaik-baik kalung yang kau pakai adalah kalung kesucian
So? Do it now... bersemangat!

Thursday, January 04, 2007

Can I do this?

Famay-ya'mal mitsqaala dzarratin khairay yarah
Wa may-ya'mal mitsqaala dzar-ratin syarray yarah

'Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula. (QS. Al Zalzalah 7-8)

Subhanallah, maha suci Allah akan semua sifat-sifat dan nama-nama-Nya yang agung. Betapa Allah swt maha adil akan hisabnya, tiada penganiayaan dan tiada pengurangan bagi amal seseorang, tiada pilih kasih dan tidak ada perantara.

Sepulang dari workshop hari pertama, banyak bekal pencerahan untuk menghadapi semester II tahun ajaran 2006-2007. Tema sentral pelatihan kali ini adalah tentang Pembentukan Karakter Melalui Pembelajaran Kebajikan. Terkait dengan ayat 7 - 8 dari surat Al Zalzalah ternyata guru juga perlu bersikap arif terhadap siswa/i dengan menekankan model kebajikan dari dirinya dan bagi peserta didik. Betapa dari benih yang baik insya Allah kemudian dituang diladang yang baik juga akan menghasilkan jundullah yang berkualitas. Intinya, guru harus bersikap netral dan tidak pilih kasih dalam memenuhi tugas dan kewajibannya dalam mengajar. Harus sering memaknai nama Allah swt sebagai Dzat yang Maha Adil. Hal yang paling sering terjadi adalah murid yang kurang bisa memenuhi aspek kognitif pada suatu bidang studi tertentu biasanya menjadi tidak favorit buat sang guru dan kemudian diabaikan, akibatnya dalam diri murid tersebut terbentuk suatu nilai bahwa ia memang pecundang dan akan selamanya begitu, padahal jika guru bisa bersikap arif dan berbuat kebajikan sudah pasti ada sisi positif dari murid itu yang bisa diangkat untuk melengkapi kelemahannya.

Menarik sekali kisah yang disampaikan trainer tentang pengalamannya dengan seorang siswa yang sering dicap 'bandel' oleh guru-guru. Sebut saja namanya Dimas. Ketika suatu kali Dimas sengaja tidak merapihkan pakaiannya, seorang guru datang padanya dan mengingatkannya untuk segera merapihkan. Dimas menjawab dengan santai bahwa ia adalah anak bandel yang pasti tidak akan memenuhi kriteria siswa baik dari guru jadi tidak perlu mengerjakan berpakaian rapi.Si guru tidak serta merta kebakaran jenggot dengan tanggapan dimas, ia malah menyampaikan beberapa hal yang membuat Dimas merubah pola pikirnya pada akhirnya.

Kira-kira kalau dapat dilukiskan, maka dialog yang terjadi berikutnya antara si guru dengan Dimas adalah sebgaai berikut:
Guru itu bertanya, 'Mas, kamu datang telat hari ini?'
Dimas, 'Tidak, pak'
Guru, 'Itu satu poin kebaikan dari kamu, tepat waktu. Coba lihat, apakah seragammu sesuai dengan peraturan sekolah kita hari ini?
Dimas memperhatikan seragam yang ia kenakan, 'Iya, pak. Putih-hijau, sesuai pak!'
Guru, 'Bagus, itu sudah dua poin kebaikan dari kamu. Apa tadi kamu tilawah qur'an pagi tadi sebelum memulai pelajaran?'
Dimas, 'Iyalah, pasti dong'
Guru, 'Ok, that makes three. Coba baru begitu saja sudah ada tiga kebaikan dari kamu, satu yang kurang, kamu belum merapihkan bajumu. Coba dirapikan dulu, nak.'
Dimas, 'eh, iya, pak. Jadi saya sebenarnya bisa banyak berbuat baik ya, pak.'
Guru, 'Tentu saja, coba kumpulkan lebih banyak lagi'

Jelas pada akhir dialog bahwa penilaian negatif Dimas akan dirinya sendiri menjadi hilang karena kebajikan sang guru dalam memunculkan hal-hal positif dari muridnya itu, dan yang diharapkan dengan adanya perubahan baik dari si anak tentu saja tercipta. Lalu apalagi? Sa'atnya kita menuang kebajikan untuk membentuk karakter anak-anak didik, di rumah ataupun di lembaga pengajaran.

dari Steven Covey untuk selalu diingat:

Taburlah GAGASAN, petiklah PERBUATAN
Taburlah PERBUATAN, petiklah KEBIASAAN
Taburlah KEBIASAAN, petiklah KARAKTER
Taburlah KARAKTER, maka petiklah HASIL

Tari, sudahkah kamu menabur kebajikanmu hari ini?

Wassalam